Nasionalberita.com – Tak hanya kemudahan yang ditawarkan di tengah era digital, namun efisiensi biaya yang sangat kompetitif juga sangat berdampak pada platform e-commerce.
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Budi Arie Setiadi meyakini, digitalisasi desa yang dilakukan secara maksimal dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap produk impor di e-commerce.
“Ironinya, e-commerce kita sebagian besar masih memperdagangkan barang-barang impor. Artinya masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen dari kemajuan teknologi digital ini,” ujarnya saat menjadi narasumber pada kuliah umum Akademi Desa 4.0 di Jakarta, Jumat (17/7).
Menurutnya, desa-desa di Indonesia sebenarnya memiliki produk-produk yang tidak kalah menarik dan berkualitas dibandingkan barang-barang impor. Hanya saja, sebagian besar desa masih belum maksimal dalam memasarkan produk unggulannya.
Ia melanjutkan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memasarkan produk desa secara maksimal adalah dengan melakukan digitalisasi desa.
“Satu kesimpulan paling menndasar dari ekosistem e-commerce adalah soal marketing. Banyak produk desa bagus-bagus, tapi terkendala di persoalan marketing,” ujarnya.
Budi Arie mengakui, salah satu kendala terealisasinya digitalisasi desa adalah masih sebanyak 13.577 desa yang belum memiliki akses internet. Ia berharap, pembangunan infrastruktur telekomunikasi di seluruh desa dapat segera terealisasi.
“Saya sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, agar pembangunan infrastruktur telekomunikasi di desa-desa yang belum ada akses internet bisa segera terwujud,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, menurutnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tengah melakukan kerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia untuk membuat beberapa desa percontohan smart village. Rencananya, uji coba smart village ini akan dilakukan di beberapa daerah seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pangandaran, dan Yogyakarta.
“Kita harap nanti bisa ketemu modelnya. Semoga pertengahan Agustus ini bisa kita launching (luncurkan). Setelah itu bisa kita replikasi di seluruh desa sesuai potensinya masing-masing,” ujarnya.