Atlet Angkat berat, Eko Yuli Irawan beryukur koni semakin memperhatikan atletnya walaupun ditenga wabah virus corona.
Eko sejatinya dipersiapkan untuk beberapa multievent, dua di antaranya Olimpiade Tokyo dan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua. Namun, pelaksanaan keduanya resmi ditunda hingga tahun depan karena virus corona.
Meskipun ditunda, Eko cukup beruntung karena uang saku baik pelatnas maupun pelatda masih terus berjalan seperti biasa. Malah, khusus Jawa Timur, atlet yang dirumahkan mendapat tambahan uang makan sebesar Rp 150 ribu.
Sedangkan, pelatnas PB PABSI memberikan dispensasi bagi atlet yang berkeluarga berlatih di rumah namun tidak mendapat uang makan.
“Alhamdullilah lancar (uang saku pelatnas) tapi akomodasi enggak karena tidak berlatih di Mess Kwini. Sebab, pembayaran langsung ke penginapan dan catering jadi tak mungkin cair,” kata Eko.
Eko menambahkan jika ia dan rekan-rekan atletnya terus dipantau agar kondisi kesehatan dan kebugarannya pun tetap terjaga.
“Daerah juga masih (memberikan uang saku). Ini untuk Jawa Timur, ya, lainnya tidak tahu. Karena Jatim itu menyuruh atletnya pulang ke rumahnya masing-masing, latihan di rumah pakai zoom jadi bisa dipantau terus, dan uang sakunya full.”
“Justru karena latihan di rumah masing-masing, ditambah lagi uang makan Rp 150 ribu per hari,” tuturnya.
Peraih medali emas Asian Games 2018 ini menjelaskan, uang saku yang diberikan daerah setiap bulan sebenarnya sudah termasuk uang makan. Namun, untuk memastikan atlet dalam kondisi terbaik Jatim menambahkan uang makannya.
“Karena ada Corona dan diwajibkan latihan di rumah, otomatis penghasilan bagaimana, makan bagaimana, jadi KONI tambahin 150 ribu per hari. Tapi harus kerja sama dengan catering atau restorannya, nanti KONI langsung bayar mereka. Kita yang pesan, umpama saya di Bekasi, pesan di lokasi terdekat, yang penting sehari habis 150 ribu,” dia menjelaskan.
“Daerah lain ada yang dipulangkan, nanti tunggu pemanggilan lagi. Makanya sebenarnya keuntungan Jatim begitu. Justru jika nekat latihan satu tempat (ramai-ramai), tak dapat sama sekali, jadi dianggap melawan aturan KONI, sementara KONI mengikuti pemerintah. Justru dengan dipulangkan kita dapat kompensasi tapi memang harus live latihan setiap hari pagi dan sore,” ujarnya.
Eko merasa sangat lah beruntung karna daerahnya sangat memperhatikan atlet, karena didalam kondisi sulit seperti ini daerah lain mungkin tidak menerapkan hal yang sama.