Nasionalberita.com – Nilai tukar rupiah diprediksi dapat melanjutkan tren penguatannya pada Senin (30/11/2020) seiring dengan tersebarnya beberapa sentimen positif dari faktor eksternal di pasar.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif pada pembukaan perdagangan hari ini, setelah ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Adapun, pada perdagangan Jumat (27/11/2020) rupiah ditutup di level Rp14.090 per dolar AS, menguat tipis 0,07 persen atau 10 poin. Kendati demikian, kinerja itu menjadikan rupiah sebagai nilai tukar dengan kinerja terbaik di antara mata uang Asia lainnya.
Sepanjang pekan lalu, rupiah telah menguat sebesar 0,6 persen di saat indek dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,65 persen. Dalam satu bulan terakhir, rupiah telah menguat hingga 3,8 persen terhadap dolar AS.
“Namun, rupiah [pada perdagangan Senin 30/11/2020] mungkin ditutup menguat 5-70 poin ke posisi Rp14.090-Rp14.130 per dolar AS,” tulis Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (29/11/2020).
Ibrahim menjelaskan bahwa ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, antara lain kemajuan pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa (UE) dan optimisme atas beberapa pengembang vaksin COVID-19, termasuk Pfizer Inc dan Moderna Inc, yang mengumumkan hasil positif selama dua minggu terakhir.
Hal itu telah menempatkan dolar AS di bawah tekanan karena investor mencari aset yang berisiko. Selain itu, tren itu didukung oleh sentimen dimulainya transisi dari pemerintahan Presiden Donald Trump ke pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden.
Sementara itu dari sisi internal, Ibrahim menilai pasar tengah optimis dengan upaya pemerintah dalam mendapatkan vaksin anti-virus corona.
Sebagai informasi saja Indonesia, Brasil, Meksiko, India, dan Rusia adalah negara-negara berkembang yang sepertinya akan menerima vaksin paling awal. Izin penggunaan vaksin kemungkinan bisa diberikan dalam hitungan bulan.
“Kalau memang benar Indonesia akan mendapatkan vaksin lebih awal maka ada harapan besar ekonomi bisa pulih lebih cepat ketimbang negara-negara lain. Mengutip riset Goldman Sachs Global Investment Research, vaksinasi yang lebih cepat bisa membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih dari 6 persen tahun depan,” kata Ibrahim.
Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan kebijakan strategi bauran ekonomi yang bertujuan untuk menstabilkan mata uang garuda dengan cara menurunkan suku bunga dan melakukan intervensi pasar Valas, Obligasi dan SUN di perdagangan DNDF.
Dia menilai tujuan intervensi tersebut menahan keluarnya arus modal asing yang cukup besar dari pasar keuangan dalam negeri dan sudah tentu pelemahan mata uang rupiah tertahan, walaupun masih memasuki zona merah, namun apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia perlu mendapatkan apresiasi dari pasar.