Nasionalberita.com – Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta (Perluni-UAJ) mengajak alumni, pimpinan dan komunitas Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya untuk menggunakan hak pilih saat pemilihan umum tanggal 14 Februari 2024 nanti.
Lebih dari sekedar memilih presiden–wakil presiden dan legislator, Perluni-UAJ mengajak rakyat bertanggungjawab atas pilihannya sepanjang lima tahun ke depan. Pemiihan umum bukan perang, juga bukan pesta, melainkan mekanisme demokrasi yang menjadi momentum bagi rakyat untuk berpartisipasi langsung membangun bangsa dan negara.
“Alumni dan seluruh komunitas Atma Jaya Jakarta, mari kita gali lagi memori kolektif bangsa apa saja yang pernah terjadi di kampus kita! Bangsa Indonesia mencatat dan menolak lupa jejak rekam para politikus. Berbekal ingatan itu, kita gunakan hak pilih pada tanggal 14 Februari 2024 nanti. Mari kita pilih sesuai hati nurani, lalu kita bertanggungjawab dan kawal pilihan lima tahun setelahnya dengan semangat Persatuan Indonesia. Untuk Tuhan dan Tanah Air!”, ujar Michell Suharli, Ketua Perluni-UAJ.
Ajakan itu disampaikan Gedung Karol Wotjyla, Kampus 1 Semanggi, Unika Atma Jaya (13 Januari 2024). Unika Atma Jaya adalah saksi dan pelaku perjuangan Bangsa Indonesia sejak 1 Juni 1960. Kampus yang menjadi Pusat Gerakan Reformasi 1998 dan Sentra Vaksinasi Gratis 2021-2022. Kampus tempat belajar puluhan ribu lulusan yang terpercaya kualitasnya. Kampus tempat tercipta pemimpin-pemimpin di berbagai bidang, profesi, pemerintahan, serta ruang-ruang publik nasional dan internasional.
Rektor Unika Atma Jaya Prof. Dr. dr. Yuda Turana Sp.S (K) ikut memberi sambutan pada acara NATARU ALUMNI 2024 hari itu. Rektor memahami sepenuhnya bahwa pengabdian kepada masyarakat adalah dna alumni dan insan-insan Atma Jaya Jakarta. Rektor membawa pesan bahwa memajukan Atma Jaya, berarti memajukan Indonesia.
“Saya berbahagia hari ini bertemu dengan teman seperjuangan. Alumni adalah teman seperjalanan memenuhi tanggungjawab besar untuk kejayaan Indonesia. Saya pikir ada sesuatu di alam semesta yang besar, bahwa Indonesia maju kalo Atma Jaya maju.”, ujar Rektor Yuda Turana, Sp.S (K).
Ditanyakan setelah acara, Michell Suharli mengungkapkan bahwa Perluni-UAJ adalah rumah bersama alumni Unika Atma Jaya, Penasehat, Pengawas, Pengurus Perluni-UAJ, dan alumni Unika Atma Jaya memiliki pilihan pribadi masing-masing. Perluni-UAJ harus netral, tetapi setiap pribadi alumni harus punya pilihan.
Dari kuliah sudah diajarkan menerima perbedaan, namun bersatu, berkolaborasi dan bersinergi membangun negeri. Perbedaan yang membuat kita kaya, persatuan yang membuat kita tangguh.
Alumni Unika Atma Jaya memiliki kemewahan karena dapat menjadi saksi, bahkan pelaku, sejarah perjalanan bangsa. Kampus Unika Atma Jaya menjadi lokus berbagai peristiwa besar, yang selanjutnya menjadi memori kolektif Bangsa Indonesia. Memori tentang suara, perasaan dan visualisasi setiap peristiwa, membantu pemahaman lebih dalam tentang jejak rekam calon legislator, calon presiden, dan calon wakil presiden.
Pada akhirnya setiap pribadi dimampukan untuk mendengar suara hati, tentang siapa yang harus dipilih. Jika sudah mampu memilih sesuai suara hati yang jernih, maka menang atau kalah tidak menjadi masalah. Sebaliknya kepuasan batin, etika moral, intelektualitas, dan kecendikiawanan telah dimenangkan.
Setelah pemilihan selesai, rakyat Indonesia harus bertanggungjawab pada pilihannya. Tanggungjawab mengawal tidak boleh ada kebijakan politik berbau intoleransi atau kekerasan terhadap rakyat! Tanggungjawab mendorong pejabat terpilih tidak akan berkhianat dari perjuangan reformasi yang memerangi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Tanggungjawab menekankan penguasa terpilih untuk tidak melakukan pembusukan kepada proses demokrasi dan pemecah persatuan kesatuan bangsa. Tanggungjawab memastikan pilihannya yang sudah menang, tetap memegang teguh bahwa Pancasila dan NKRI adalah harga mati.
“Saya pikir memori kolektif bangsa tentang peristiwa dan jejak rekam calon, akan memperdengarkan suara hati yang jernih dalam memilih calon-calon legislator dan presiden / wakil presiden. Sehingga kita lebih nyaman dalam mempertanggungjawabkan pilihan yang menang itu untuk lima tahun setelahnya. Pada akhirnya, Persatuan Indonesia yang diutamakan dan dipelihara.”, Michell menutup pendapatnya.