Nasionalberita.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai, pandemi global COVID-19 yang terjadi di Jabar turut membawa hikmah atau kontribusi positif terhadap perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini, hampir 90 persen aktivitas ekonomi Jabar disokong oleh UMKM. Untuk itu, pandemi menjadi momentum Jabar untuk membangkitkan ekonomi lewat upaya digitalisasi UMKM dengan memanfaatkan perdagangan elektronik (e-commerce).
“Dari hikmah COVID-19 ini, di 2021 kita akan memeratakan keadilan digital di seluruh Jawa Barat di desa-desa,” ucap Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– saat menjadi pembicara webinar Strengthening The Economic Revival Through Digital Innovation Towards “Indonesia Maju” dalam rangka 7th Anniversary Telkom University, dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (14/8/20).
Kang Emil –sapaan Ridwan Kamil– menambahkan, merujuk data Redseer (2020) terkait volume transaksi e-commerce di tengah pandemi (periode Februari-Mei 2020), volume penjualan naik 44 persen atau 121 juta penjualan. Jumlah pembeli pun naik 17 persen atau 17 juta pembeli. Selain itu, jumlah penjual ikut naik hingga 15 persen atau 1,45 juta penjual.
“Oleh karena itu, kita terus mempromosikan agar UMKM di Indonesia dan di Jawa Barat ini semuanya hijrah ke digital. Ini menjadi peluang dan momentum termasuk bagi Telkom University untuk mengedukasi go digital dalam skala penuh,” kata Kang Emil.
Selain itu, dalam mengisi webinar tersebut, Kang Emil juga memaparkan kondisi terkini terkait perekonomian Jabar serta strategi untuk membangkitkannya kembali.
Berdasarkan studi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), ekonomi dan kesehatan Jabar dinilai dalam kondisi terkendali di tengah pandemi COVID-19. Menurut CSIS, Jabar berada pada Kuadran I di mana ekonomi membaik dan kesehatan pun membaik.
“Berita baiknya (adalah) Jawa Barat ini lebih terkendali secara umum dibanding provinsi besar lainnya terkait COVID-19, juga terkait ekonomi yang sudah kita relaksasi. Maka Jawa Barat masuk ke kuadran di kanan atas yaitu ekonomi membaik dan kesehatan membaik,” tutur Kang Emil.
Adapun selama pandemi, Kang Emil berujar bahwa industri pangan atau pertanian menjadi sektor yang tidak terdampak secara signifikan. Dirinya pun yakin, industri pertanian dengan dukungan teknologi digital atau berbasis 4.0 akan menjadi ekonomi masa depan Jabar.
Untuk itu, Kang Emil mengajak kaum Milenial dan Generasi Z di Jabar untuk memanfaatkan potensi di desa dalam mengembangkan ekonomi berbasis perdesaan dengan dukungan teknologi digital.
“Dari catatan kami, industri pangan pertanian terkoreksinya sangat kecil dibanding jasa manufaktur. Jadi, pertanian menjadi sebuah keyakinan baru bahwa jika kita bisa swasembada, hal itu bisa menjadi peluang luar biasa bagi kaum milenial atau Generasi Z,” ucap Kang Emil.
“Maka kampanye saya sekarang adalah ‘Mari kita tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia’. Tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia ini hanya bisa dilakukan kalau kita melakukan 4.0 atau digitalisasi,” katanya.
Selain UMKM dan pertanian yang didorong ke arah digital, Kang Emil pun menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jabar memiliki visi “Digital West Java” di semua sektor termasuk urusan pemerintahan.
“Kami akan mentransformasikan seluruh mindset Jawa Barat ini ke digital. Dari level yang paling primitif men-scan dokumen sampai ke level yang paling canggih melakukan Internet of Things itu sudah dilakukan di Jawa Barat,” tutur Kang Emil.
Secara umum, digitalisasi masuk dalam salah satu peluang Jabar untuk membangkitkan ekonomi di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Kang Emil menjelaskan, terdapat tujuh sektor yang bisa menjadi peluang Jabar tersebut.
Pertama, menarik investasi dunia usaha yang akan bergeser dari China. Kedua, swasembada produk-produk kesehatan. Ketiga, medical tourism sebagai upaya mewujudkan Jabar menjadi pusat kesehatan terbaik di Indonesia. Keempat, hijrah 100 persen kepada automasi atau teknologi.
Kelima, inovasi digital. Keenam, inovasi untuk mendukung pelestarian lingkungan, salah satunya dengan membangun pabrik yang bisa mengubah plastik menjadi solar. Dan ketujuh, local tourism atau investasi dengan memanfaatkan sektor pariwisata lokal.